Selasa, 30 September 2014

cerpen

Geruduk Bali
Oleh: Isnainy Muji S.

Kuliah Kerja Lapangan ke Bali? Wow, menyenangkan kedengarannya. Perkenalkan namaku Mosisnainy Muti. Panggil saja Muti. Aku ini mahasiswi PBSI semester empat di IKIP PGRI Semarang. Kampus elite di Semarang. Pada kesempatan ini kampusku mengadakan KKL ke Bali.
Pagi ini aku bergegas bangun pagi, menunaikan sholat dan prepare untuk perjalanan ke Bali nanti. Setelah habis mandi langsung nyari sarapan. Maklum lah supaya tenaga terisi. Pukul setengah tujuh langsung berangkat ke kampus. Sesampainya di perempatan dekat kampus ternyata sudah ada bus berjejer. Dan ternyata bus 8, bus yang akan mengantarkanku keliling Bali berada nan jauh di sana.
“Huhh, tahu kalau jauh kayak gini mending tadi berangkat lewat utara saja ya” gumamku.
Sesampainya di bus 8 langsung nyari tempat duduk yang paling nyaman. Aku duduk sebangku dengan teman aku bernama Rina. Aku biasa memanggilnya dengan Mbak Rina. Sepanjang perjalanan kita dimanjakan dengan karaoke ria, mumpung gratis, kini tiba giliran aku untuk menyanyi, awalnya sih aku gak niat untuk nyanyi, yah karena bujukan teman-teman akupun mau. Bisa dibilang malu-malu tapi mau. Menyenangkan sekali.
Sesampainya di Tuban, kita mampir ke Rumah Makan Wahyu Kedua. Sesampainya di sana akupun langsung antri untuk makan. Setelah makan selesai langsung sholat. Karena keasyikan di mushola, ternyata aku serombongan telat masuk bus, sampai-sampai mas Qizak, Tour Leader bus delapan nyariin.
“ Pak Kojo, ternyata biduannya ketinggalan” ucap mas Qizak kepada pak Kojo sambil lihatin aku.
Haduh, aku malu banget, baru nyanyi kayak gitu saja sudah dikatakan biduan. Kamipun langsung melanjutkan perjalanan.
Malampun tiba.
Sampai juga di Rumah Makan Bromo Welas. Saatnya makan malam dan sholat. Biasalah antri untuk mendapatkan makan. Setelah mendapat makan akupun langsung mencari tempat duduk.
“ Mas, air mimiknya habis” ucapku kepada pramusaji.
“ Apa mbak? Air mimik?” jawab pramusaji sambil senyum.
Apa perkataanku ada yang salah ya?Akupun mikir lagi. Emang aneh sih.
“ Ini mbak air mimiknya” kata pramusaji sambil memberikan minum, senyum- senyum lagi.
Selesai makan kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ketapang. Pukul setengah satu kami sampai di pelabuhan. Mana mata masih ngantuk disuruh turun, jalan lagi. Hemmm. Penyebrangan lumayan cepat.
Pagi datang.
Sampai di Rumah Makan Kosa. Antri mandi dan makan pagi. Coba saja tak pakai antri. Kalo mau mandi bayar pula. Gak mahal sih, cukup dua ribu saja. Setelah selesai sarapan langsung menuju ke Bali TV. Tempatnya lumayan luas. Selain stasiun televisi juga ada percetakan media massa. Puas sudah mengelilingi Bali TV dan percetakannya. Lanjut kunjungan berikutnya yaitu Balai Bahasa. Tempatnya sempit, bau kotoran tikus, sumpek, panas, ngantuk pula. Nggak nyaman banget. Ingin segera berakhir waktu itu. Ceramah dan diskusi pun selesai, menghirup udara segar setelah dibekap dengan bau nggak enak. Lanjut ke Cahayu. Saatnya belanja. Horeeee. Rintik hujanpun menemani perjalananku. Agenda selanjutnya adalah ke Kuta, tapi dibatalkan dikarenakan cuaca tak mendukung diganti dengan ke Joger. Apa? Belanja lagi? Cukup boros hari ini.
Capek dengan kegiatan seharian. Tibalah untuk check in hotel. Hotel tempat menginap kami namanya hotel Ketut. Pukul dua pagi ada salah satu dosen yang mengetuk pintu kamarku, akupun terbangun.
“ Mbak, kasurnya ada tingginya ndak?” kata beliau.
“ Tinggi? Tinggi itu apa fih” tanyaku pada temanku, Ifafih.
“ Tinggi itu kutu kasur” jawabnya.
“ Iya, pak. Ada” lanjut Ifafih menjawab pak Urisal.
Kami sekamar aku, Ifafih, Uyung, dan mbak Rina bergegas keluar kamar karena mau dibersihkan dulu kamarnya. Istirahat malam pertama di hotel yang cukup terganggu karena tinggi. Baru sekali ini aku tahu yang namanya kutu kasur alias tinggi. Kok ada ya?. Akhirnya kami dipindah ke kamar VIP untuk sementara waktu.
Baru tidur sebentar sudah datang pagi lagi. Hari ketiga KKL ini, agendanya adalah berkunjung ke Desa Adat Panglipuran.Waw, menakjubkan. Desa yang nyaman, tenang, sejuk, dan khas sekali. Akupun tak melewatkan waktu untuk  mengamati dan mengaguminya. Salah satu dosen menyuruh untuk kembali ke bus masing-masing. “Kan belum puas jalan-jalannya, masa disuruh balik bus sih” sambil mengeluh akupun melangkahkan kaki menuju bus delapan.
Perjalanan selanjutnya menuju Dewata. Antrean kayak orang kelaparan ya. Haha. Cukup mengesankan. Kemudian meluncur ke Bajrasandi. Dari kejauhan terlihat seperti tombak yang menjulang, cukup menarik. Segera bergegas menuju ke pintu gerbang untuk mencari tahu apa saja yang terdapat di dalamnya. Ternyata gerbangnya ditutup dan akupun terlantar di depan gerbang masuk Bajrasandi. Belum puas menikmati foto-foto ria bersama teman sudah ada dosen yang nyuruh kembali ke bus masing-masing. Kenapa harus serba cepat?.
Sore ini dilanjutkan dengan belanja lagi di Pasar Seni Sukowati. Banyak sesaji berjejeran di sana. Akupun mulai mencari oleh-oleh untuk keluarga. Karena di sini cukup miring harganya. Akhirnya aku mendapatkan semua yang aku inginkan. Dengan perjuangan sepenuh tenaga jiwa dan raga ku kerahkan untuk menawar tawaran dari penjual yang melambung tinggi dengan harga yang tergolong murah banget. Alhamdulillah ya, sesuatu. Hehe.
Waktupun berganti petang, kunjungan berikutnya adalah kunjungan pagelaran Tari Barong. Baru depan pintu masuk saja sudah antri minta foto bareng sama penari. Kok nggak pada minta foto bareng sama aku ya? Haha. Pede banget.
Suara gamelan khas Bali menyambutku. Akupun mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Sorak ramai, tepuk tangan penonton untuk pagelaran tari barong yang cukup menghibur setelah seharian beraktifitas.
Tibalah di hotel. Setelah makan, aku dan temanku, Arya menyiapkan pensi yang malam ini juga akan diselenggarakan. Aku mendengar ada dua pentas seni. Kok suaranya tabrakan ya, nggak beraturan. Ternyata ada kampus lain yang juga menginap di hotel ini dan mengadakan pentas seni juga. Akhirnya akupun mengurungkan niatku untuk pentas malam ini karena melihat cowok-cowok yang tak beraturan dan kayaknya mereka mabuk deh. Aku males sekali. Banyak teman yang mengirimkan pesan ke hpku untuk segera turun dan tampil di pentas. Akupun menolak mereka.
Akupun bergegas untuk tidur saja. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku.
“ Cepat turun, semenit kalian tidak turun saya coret” ujar beliau.
“ Haduh, ayo cepat- cepat kita turun” kata Uyung.
“ Cepat turun” tambah pak Laniz sambil menggedor pintu.
Dengan terpaksa akupun turun. Sesampainya di pentas seni, hemmm jogetan para lelaki itu erotis sekali. Dan aku tidak mengenali mereka. Ternyata bukan mahasiswa dari kampusku. Pentas seni malam itu gagal. Pak Laniz yang tadinya menyuruh kita untuk cepat-cepat turun untuk melihat pensi malah menyuruh kembali ke kamar masing-masing. Yasudah deh tidur saja.
“Alhamdulillah” gumamku.
Pagi menyapa. Akupun packing karena jadwal pagi ini adalah check out hotel. Langsung gas ke Tanah Lot. Cuaca cukup hangat, karena kemaren Bali diguyur hujan. Akupun bergegas masuk ke gapura dan melihat bentangan laut luas dan pura di tengah pantai itu. Amazing. Aku mencoba untuk melangkahkan kaki menuju pura itu, walaupun basah-basahan cukup menyenangkan. Dianjurkan untuk cuci muka dengan air suci yang baunya wangi sekali dan kemudian ada yang memberikan sejumput beras ke dahiku dan bunga kamboja putih yang diselipkan ke telingaku. Berasa anak Bali beneran.

Panas mulai menyengat kulitku, dan akupun bergegas ke bus untuk melanjutkan perjalanan makan dan ke pelabuhan Gilimanuk. Pertanda bahwa aku harus meninggalkan Bali ini. Perjalanan dan pengalaman KKL yang menyenangkan. Good Bye, Bali. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar