Geruduk
Bali
Oleh: Isnainy Muji S.
Kuliah Kerja Lapangan ke Bali? Wow,
menyenangkan kedengarannya. Perkenalkan namaku Mosisnainy Muti. Panggil saja
Muti. Aku ini mahasiswi PBSI semester empat di IKIP PGRI Semarang. Kampus elite
di Semarang. Pada kesempatan ini kampusku mengadakan KKL ke Bali.
Pagi ini aku bergegas bangun pagi,
menunaikan sholat dan prepare untuk perjalanan ke Bali nanti. Setelah habis
mandi langsung nyari sarapan. Maklum lah supaya tenaga terisi. Pukul setengah
tujuh langsung berangkat ke kampus. Sesampainya di perempatan dekat kampus
ternyata sudah ada bus berjejer. Dan ternyata bus 8, bus yang akan
mengantarkanku keliling Bali berada nan jauh di sana.
“Huhh, tahu kalau jauh kayak gini
mending tadi berangkat lewat utara saja ya” gumamku.
Sesampainya di bus 8 langsung nyari
tempat duduk yang paling nyaman. Aku duduk sebangku dengan teman aku bernama
Rina. Aku biasa memanggilnya dengan Mbak Rina. Sepanjang perjalanan kita dimanjakan
dengan karaoke ria, mumpung gratis, kini tiba giliran aku untuk menyanyi,
awalnya sih aku gak niat untuk nyanyi, yah karena bujukan teman-teman akupun
mau. Bisa dibilang malu-malu tapi mau. Menyenangkan sekali.
Sesampainya di Tuban, kita mampir ke
Rumah Makan Wahyu Kedua. Sesampainya di sana akupun langsung antri untuk makan.
Setelah makan selesai langsung sholat. Karena keasyikan di mushola, ternyata
aku serombongan telat masuk bus, sampai-sampai mas Qizak, Tour Leader bus
delapan nyariin.
“ Pak Kojo, ternyata biduannya ketinggalan” ucap mas Qizak kepada
pak Kojo sambil lihatin aku.
Haduh, aku malu banget, baru nyanyi
kayak gitu saja sudah dikatakan biduan. Kamipun langsung melanjutkan
perjalanan.
Malampun tiba.
Sampai juga di Rumah Makan Bromo Welas.
Saatnya makan malam dan sholat. Biasalah antri untuk mendapatkan makan. Setelah
mendapat makan akupun langsung mencari tempat duduk.
“ Mas, air mimiknya habis” ucapku kepada pramusaji.
“ Apa mbak? Air mimik?” jawab pramusaji sambil senyum.
Apa perkataanku ada yang salah ya?Akupun mikir lagi. Emang aneh
sih.
“ Ini mbak air mimiknya” kata pramusaji sambil memberikan minum,
senyum- senyum lagi.
Selesai makan kami langsung
melanjutkan perjalanan menuju Pelabuhan Ketapang. Pukul setengah satu kami
sampai di pelabuhan. Mana mata masih ngantuk disuruh turun, jalan lagi. Hemmm.
Penyebrangan lumayan cepat.
Pagi datang.
Sampai di Rumah Makan Kosa. Antri
mandi dan makan pagi. Coba saja tak pakai antri. Kalo mau mandi bayar pula. Gak
mahal sih, cukup dua ribu saja. Setelah selesai sarapan langsung menuju ke Bali
TV. Tempatnya lumayan luas. Selain stasiun televisi juga ada percetakan media
massa. Puas sudah mengelilingi Bali TV dan percetakannya. Lanjut kunjungan
berikutnya yaitu Balai Bahasa. Tempatnya sempit, bau kotoran tikus, sumpek,
panas, ngantuk pula. Nggak nyaman banget. Ingin segera berakhir waktu itu.
Ceramah dan diskusi pun selesai, menghirup udara segar setelah dibekap dengan
bau nggak enak. Lanjut ke Cahayu. Saatnya belanja. Horeeee. Rintik hujanpun menemani
perjalananku. Agenda selanjutnya adalah ke Kuta, tapi dibatalkan dikarenakan
cuaca tak mendukung diganti dengan ke Joger. Apa? Belanja lagi? Cukup boros
hari ini.
Capek dengan kegiatan seharian.
Tibalah untuk check in hotel. Hotel tempat menginap kami namanya hotel Ketut. Pukul
dua pagi ada salah satu dosen yang mengetuk pintu kamarku, akupun terbangun.
“ Mbak, kasurnya ada tingginya ndak?” kata beliau.
“ Tinggi? Tinggi itu apa fih” tanyaku pada temanku, Ifafih.
“ Tinggi itu kutu kasur” jawabnya.
“ Iya, pak. Ada” lanjut Ifafih menjawab pak Urisal.
Kami sekamar aku, Ifafih, Uyung, dan
mbak Rina bergegas keluar kamar karena mau dibersihkan dulu kamarnya. Istirahat
malam pertama di hotel yang cukup terganggu karena tinggi. Baru sekali ini aku
tahu yang namanya kutu kasur alias tinggi. Kok ada ya?. Akhirnya kami dipindah
ke kamar VIP untuk sementara waktu.
Baru tidur sebentar sudah datang
pagi lagi. Hari ketiga KKL ini, agendanya adalah berkunjung ke Desa Adat
Panglipuran.Waw, menakjubkan. Desa yang nyaman, tenang, sejuk, dan khas sekali.
Akupun tak melewatkan waktu untuk mengamati
dan mengaguminya. Salah satu dosen menyuruh untuk kembali ke bus masing-masing.
“Kan belum puas jalan-jalannya, masa disuruh balik bus sih” sambil mengeluh
akupun melangkahkan kaki menuju bus delapan.
Perjalanan selanjutnya menuju
Dewata. Antrean kayak orang kelaparan ya. Haha. Cukup mengesankan. Kemudian
meluncur ke Bajrasandi. Dari kejauhan terlihat seperti tombak yang menjulang,
cukup menarik. Segera bergegas menuju ke pintu gerbang untuk mencari tahu apa
saja yang terdapat di dalamnya. Ternyata gerbangnya ditutup dan akupun
terlantar di depan gerbang masuk Bajrasandi. Belum puas menikmati foto-foto ria
bersama teman sudah ada dosen yang nyuruh kembali ke bus masing-masing. Kenapa
harus serba cepat?.
Sore ini dilanjutkan dengan belanja
lagi di Pasar Seni Sukowati. Banyak sesaji berjejeran di sana. Akupun mulai
mencari oleh-oleh untuk keluarga. Karena di sini cukup miring harganya.
Akhirnya aku mendapatkan semua yang aku inginkan. Dengan perjuangan sepenuh
tenaga jiwa dan raga ku kerahkan untuk menawar tawaran dari penjual yang
melambung tinggi dengan harga yang tergolong murah banget. Alhamdulillah ya,
sesuatu. Hehe.
Waktupun berganti petang, kunjungan
berikutnya adalah kunjungan pagelaran Tari Barong. Baru depan pintu masuk saja
sudah antri minta foto bareng sama penari. Kok nggak pada minta foto bareng
sama aku ya? Haha. Pede banget.
Suara gamelan khas Bali menyambutku.
Akupun mendapatkan tempat duduk yang nyaman. Sorak ramai, tepuk tangan penonton
untuk pagelaran tari barong yang cukup menghibur setelah seharian beraktifitas.
Tibalah di hotel. Setelah makan, aku
dan temanku, Arya menyiapkan pensi yang malam ini juga akan diselenggarakan.
Aku mendengar ada dua pentas seni. Kok suaranya tabrakan ya, nggak beraturan.
Ternyata ada kampus lain yang juga menginap di hotel ini dan mengadakan pentas
seni juga. Akhirnya akupun mengurungkan niatku untuk pentas malam ini karena melihat
cowok-cowok yang tak beraturan dan kayaknya mereka mabuk deh. Aku males sekali.
Banyak teman yang mengirimkan pesan ke hpku untuk segera turun dan tampil di
pentas. Akupun menolak mereka.
Akupun bergegas untuk tidur saja.
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarku.
“ Cepat turun, semenit kalian tidak turun saya coret” ujar beliau.
“ Haduh, ayo cepat- cepat kita turun” kata Uyung.
“ Cepat turun” tambah pak Laniz sambil menggedor pintu.
Dengan terpaksa akupun turun.
Sesampainya di pentas seni, hemmm jogetan para lelaki itu erotis sekali. Dan
aku tidak mengenali mereka. Ternyata bukan mahasiswa dari kampusku. Pentas seni
malam itu gagal. Pak Laniz yang tadinya menyuruh kita untuk cepat-cepat turun
untuk melihat pensi malah menyuruh kembali ke kamar masing-masing. Yasudah deh
tidur saja.
“Alhamdulillah” gumamku.
Pagi menyapa. Akupun packing karena
jadwal pagi ini adalah check out hotel. Langsung gas ke Tanah Lot. Cuaca cukup
hangat, karena kemaren Bali diguyur hujan. Akupun bergegas masuk ke gapura dan
melihat bentangan laut luas dan pura di tengah pantai itu. Amazing. Aku mencoba
untuk melangkahkan kaki menuju pura itu, walaupun basah-basahan cukup
menyenangkan. Dianjurkan untuk cuci muka dengan air suci yang baunya wangi
sekali dan kemudian ada yang memberikan sejumput beras ke dahiku dan bunga
kamboja putih yang diselipkan ke telingaku. Berasa anak Bali beneran.
Panas mulai menyengat kulitku, dan
akupun bergegas ke bus untuk melanjutkan perjalanan makan dan ke pelabuhan
Gilimanuk. Pertanda bahwa aku harus meninggalkan Bali ini. Perjalanan dan
pengalaman KKL yang menyenangkan. Good Bye, Bali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar