SALAH GAUL
Oleh: Isnainy Muji S.
Arga : Siswa SMA Pelita Harapan kelas X.
Ridhwan : Ayah Arga
Ayu : Ibu Arga
Sugiyanto : Partner Arga.
Arga adalah sosok anak SMA Pelita
Harapan kelas X yang baik, tampan, dan patuh terhadap orang tuanya. Arga merupakan
anak tunggal dari pasangan Ibu Ayu dan Pak Ridhwan. Orang tua Arga adalah
saudagar kaya raya yang mempunyai rumah yang sangat luas dan tanah yang berceceran dimana-mana.
Siang
itu, jam pulang sekolah Arga seperti biasanya.
Ibu : “Sudah pulang, Nak?”
Arga : (diam saja nyelonong masuk rumah dengan
sempoyongan)
Ibu : (curiga, membuntuti Arga) “Nak, kamu
baik-baik saja kan?”
Arga : “ Iya Bu, Arga baik-baik saja”.
Ibu : “ Kamu ngerokok, Nak?
Baju kamu bau asep rokok kayak gini. (memperhatikan Arga) Ehm, kamu habis minum
alkohol ya?”
Arga : “ Gak kok, Bu. Masa
Arga ngrokok sih. Tadi abis kena asep tetangga yang lagi bakar sampah. Siapa
juga yang minum alkohol. Gak mungkin Arga seperti itu, Bu. Sudah deh percaya
sama Arga”. ( membanting tas di sofa ruang keluarga).
Ibu : (heran,
mengernyitkan dahi) “Sejak kapan kamu berani bicara kasar sama ibu? Jangan
bohong sama ibu. Kamu habis ngerokok sama minum alkohol kan?”
Arga : “ Sudah dibilangin
Arga nggak ngrokok juga gak minum minuman keras, Bu. Sudah deh ibu gak usah bawel”.
Ayah
Arga menemui ibu dan Arga karena mendengar pembicaraan Arga yang kasar terhadap
ibunya.
Ayah : “ Berani sekali ya
kamu bicara kasar sama orang tua. Siapa yang mengajarimu seperti itu?”
Arga : “Sudah ya, ayah gak
usah ikutan deh. Ini kenapa sih semuanya berubah jadi cerewet semua”.
Ayah : “ Kamu ini yang
berubah. Tiap pulang sekolah bau asep rokok dan alkohol terus. Mau jadi apa
kamu ini? Sebenarnya kamu ini sampai sekolah beneran apa tidak toh? Ayah jadi
curiga sama kamu”.
Arga : “Ayah ayah ayah. Kan
ayah tahu sendiri aku itu pergi pagi berangkat sekolah dan pulang juga selalu
tepat waktu kan?. Itu artinya aku sekolah beneran. Masa aku bolos”.
Ayah : “ Lancang sekali
kamu bicara seperti itu pada ayah. Dengan siapa kamu bergaul sampai-sampai kamu
seperti ini?”.
Ibu : “ Sudah Yah, sudah. (melihat Arga) Nak,
ke kamar sana ganti pakaian”.
Arga
pergi ke kamar dan meninggalkan ayah dan ibunya.
Ibu : “ Yah, kenapa ya
Arga akhir-akhir ini berbeda sekali. Ada sesuatu yang aneh pada diri Arga.
Apakah ia beneran ngrokok dan minum alkohol ya, Yah? Terus kapan coba Arga bisa
melakukan hal itu? Kan ia di sekolah. Apa mungkin Arga bolos sekolah ya, Yah?
Ibu curiga sama Arga akhir-akhir ini”.
Ayah : “ Sudahlah, Bu.
Tidak usah dipikirkan terlalu keras. Nanti penyakit ibu kambuh lagi. Yang
penting kita sudah menasehatinya. Toh nanti kalau dia ketahuan seperti itu,
tidak akan ada ampun buat dia lagi. Akan saya masukkan dia ke pondok pesantren
biar dia tobat”.
Ibu : “ Sebenarnya ibu
juga sudah punya niatan tuk masukkan Arga ke Pondok Pesantren yang bagus sebelum
masuk ke SMA itu, Yah. Tapi yasudahlah, semoga saja prasangka kita tidak benar
adanya”.
Ayah : “ Ya tapi kita juga
harus benar-benar memastikan iya tidaknya, Bu. Sebelum semuanya terlambat”.
Tiba-tiba
bel rumah berbunyi.
Ibu : “ Sebentar, Yah. Ada tamu
kayaknya”. (berjalan menuju pintu depan)
Sugiyanto : “Arganya dirumah apa nggak, Tan?”.
Ibu :
(memerhatikan pemuda itu dengan pakaian hitam-hitam dan acak-acakan penuh keheranan)
“ Kamu siapa?”
Sugiyanto : “ Aku
hanya perlu sama Arga, Tan. Dimana arga? (mencoba untuk masuk)”.
Ibu : “Eh, eh.
Kamu ini punya etika apa ndak? Masuk rumah orang seenaknya saja”.
Sugiyanto : “ Tante
kelamaan sih. Aku ini nggak punya waktu banyak, Tan. Cepetan panggilin Arga”.
Ibu : “ Ayah! Ayah!”.
Mendengar
ibu Arga memanggil kemudian Ayah Arga keluar menemui mereka.
Ayah :
“ Ada apa, Bu?. Kok teriak keras-keras!”.
Ibu : “ Yah,
ini lho. Anak ini nyari Arga. Mau apa pemuda ini datang ke sini, datang bertamu
kok gak sopan kayak gini”.
Ayah :
(mengambil hp di sakunya dan memencet tombol tuk menelfon Arga). Nak, turunlah.
Ada yang ingin bertemu dengan kamu. Segera! (mematikan hp).
Sugiyanto : “ Om,
tante. Saya ke sini mau nagih hutang sama Arga. Dia make tapi gak pernah bayar.
Dan asal kalian tahu, dia punya hutang sampe sepuluh juta sama saya”
Ibu dan ayah Arga tercengang heran. Ingin marah.
Ayah : “ Maksud
kamu make, make apa ya?”
Sugiyanto : “ Om,
tante asal kalian tahu ya. Arga make narkoba. Dan asal kalian tahu Arga tidak
pernah sekolah hanya untuk menikmati narkoba. Sudah biasa Om, Tante, jaman
sekarang anak muda kalo ngga make gak gaul”.
Arga
datang menemui mereka dan seketika itu ayah Arga menghampiri Arga dengan
perasaan marah dan kesal terhadap Arga.
Sugiyanto : ( melihat sosok
Arga) tuh, anaknya “( berusaha masuk tapi dihalang oleh ibu Arga).
Ayah : (dengan
buru-buru menghampiri Arga) “ Kamu ini mau jadi apa? Kamu tahu siapa yang
datang? Orang nagih hutangmu. Kamu make narkoba kan? ( mengangkat tangan yang
mau memukul Arga)
Ibu : “ Ayah, jangan Yah. Kasihan
Arga”(melindungi Arga dari pukulan ayah)
Ayah : “ Tidak
ada kasihan, Bu. Anak ini harus diberi pelajaran biar jera. (menatap Arga
dengan kecewa) Keterlaluan sekali kamu. Kita sudah percaya sama kamu, tapi apa?
Kamu mempermainkan kepercayaan ayah dan ibu selama ini!”.
Arga :” Maafin
Arga, Yah, Bu. Iya Arga salah. Iya memang Arga bolos selama ini. Iya Arga
bohong sama ayah dan ibu”.
Ibu : (masuk
ke dalam ruangan untuk mengambil cek dan kembali) “ Ini cek sebesar sepuluh
juta, silahkan pergi dari rumah ini” ( menyerahkan cek tersebut kepada
Sugiyanto).
Sugiyanto : “ Nah,
kenapa gak dari tadi sih, Tan. Kelamaan nunggunya. Oke, aku permisi dulu, Om, Tante!(menghampiri
Arga dan berbisik) “orang tuamu kaya juga ya ternyata”. (pergi keluar rumah)
Ayah : (bicara
kepada Arga) ” Beresi barang-barangmu dan ikut ayah sekarang juga”.
Arga : “ Mau kemana, Yah?”.
Ayah : “Tidak usah banyak tanya.
Segera kemasi barang-barangmu. Cepat!”.
Arga
bergegas ke kamar untuk memenuhi permintaan ayahnya.
Ibu : “ Yah, apa tidak terlalu
cepat untuk membawa Arga ke pesantrennya?”.
Ayah : “ Tidak,
Bu. Ini sudah saya pastikan semua akan berjalan lancar. Dan saya akan membawa
Arga ke pesantren hari ini juga”.
Tidak lama kemudian Arga menemui kedua orang tuanya dengan membawa
tas. Kemudian mereka membawa Arga ke Pesantren yang sebenarnya sudah mereka
rencanakan sebelum Arga masuk ke SMA dulu. Awalnya Arga tidak suka dengan
keadaan pesantren yang sangat ketat itu. Tapi seiring berjalannya waktu kini Arga
menjadi berubah dan kini Arga menjadi seorang Ulama’ besar dan terkenal berkat
didikan pondok pesantren tersebut.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar