Selasa, 30 September 2014

teks drama

SALAH GAUL
Oleh: Isnainy Muji S.

Arga                :  Siswa SMA Pelita Harapan kelas X.
Ridhwan          : Ayah Arga
Ayu                 : Ibu Arga
Sugiyanto        : Partner Arga.

            Arga adalah sosok anak SMA Pelita Harapan kelas X yang baik, tampan, dan patuh terhadap orang tuanya. Arga merupakan anak tunggal dari pasangan Ibu Ayu dan Pak Ridhwan. Orang tua Arga adalah saudagar kaya raya yang mempunyai rumah yang sangat luas  dan tanah yang berceceran dimana-mana.
Siang itu, jam pulang sekolah Arga seperti biasanya.

Ibu       : “Sudah pulang, Nak?”
Arga     : (diam saja nyelonong masuk rumah dengan sempoyongan)
Ibu       : (curiga, membuntuti Arga) “Nak, kamu baik-baik saja kan?”
Arga     : “ Iya Bu, Arga baik-baik saja”.
Ibu       : “ Kamu ngerokok, Nak? Baju kamu bau asep rokok kayak gini. (memperhatikan Arga) Ehm, kamu habis minum alkohol ya?”
Arga     : “ Gak kok, Bu. Masa Arga ngrokok sih. Tadi abis kena asep tetangga yang lagi bakar sampah. Siapa juga yang minum alkohol. Gak mungkin Arga seperti itu, Bu. Sudah deh percaya sama Arga”. ( membanting tas di sofa ruang keluarga).
Ibu       : (heran, mengernyitkan dahi) “Sejak kapan kamu berani bicara kasar sama ibu? Jangan bohong sama ibu. Kamu habis ngerokok sama minum alkohol kan?”
Arga     : “ Sudah dibilangin Arga nggak ngrokok juga gak minum minuman keras, Bu. Sudah deh ibu gak usah bawel”.



Ayah Arga menemui ibu dan Arga karena mendengar pembicaraan Arga yang kasar terhadap ibunya.

Ayah    : “ Berani sekali ya kamu bicara kasar sama orang tua. Siapa yang mengajarimu seperti itu?”
Arga     : “Sudah ya, ayah gak usah ikutan deh. Ini kenapa sih semuanya berubah jadi cerewet semua”.
Ayah    : “ Kamu ini yang berubah. Tiap pulang sekolah bau asep rokok dan alkohol terus. Mau jadi apa kamu ini? Sebenarnya kamu ini sampai sekolah beneran apa tidak toh? Ayah jadi curiga sama kamu”.
Arga     : “Ayah ayah ayah. Kan ayah tahu sendiri aku itu pergi pagi berangkat sekolah dan pulang juga selalu tepat waktu kan?. Itu artinya aku sekolah beneran. Masa aku bolos”.
Ayah    : “ Lancang sekali kamu bicara seperti itu pada ayah. Dengan siapa kamu bergaul sampai-sampai kamu seperti ini?”.
Ibu       : “ Sudah Yah, sudah. (melihat Arga) Nak, ke kamar sana ganti pakaian”.

Arga pergi ke kamar dan meninggalkan ayah dan ibunya.

Ibu       : “ Yah, kenapa ya Arga akhir-akhir ini berbeda sekali. Ada sesuatu yang aneh pada diri Arga. Apakah ia beneran ngrokok dan minum alkohol ya, Yah? Terus kapan coba Arga bisa melakukan hal itu? Kan ia di sekolah. Apa mungkin Arga bolos sekolah ya, Yah? Ibu curiga sama Arga akhir-akhir ini”.
Ayah    : “ Sudahlah, Bu. Tidak usah dipikirkan terlalu keras. Nanti penyakit ibu kambuh lagi. Yang penting kita sudah menasehatinya. Toh nanti kalau dia ketahuan seperti itu, tidak akan ada ampun buat dia lagi. Akan saya masukkan dia ke pondok pesantren biar dia tobat”.
Ibu       : “ Sebenarnya ibu juga sudah punya niatan tuk masukkan Arga ke Pondok Pesantren yang bagus sebelum masuk ke SMA itu, Yah. Tapi yasudahlah, semoga saja prasangka kita tidak benar adanya”.
Ayah    : “ Ya tapi kita juga harus benar-benar memastikan iya tidaknya, Bu. Sebelum semuanya terlambat”.


Tiba-tiba bel rumah berbunyi.

Ibu                   : “ Sebentar, Yah. Ada tamu kayaknya”. (berjalan menuju pintu depan)
Sugiyanto         : “Arganya dirumah apa nggak, Tan?”.
Ibu                   : (memerhatikan pemuda itu dengan pakaian hitam-hitam dan acak-acakan penuh keheranan) “ Kamu siapa?”
Sugiyanto         : “ Aku hanya perlu sama Arga, Tan. Dimana arga? (mencoba untuk masuk)”.
Ibu                   : “Eh, eh. Kamu ini punya etika apa ndak? Masuk rumah orang seenaknya saja”.
Sugiyanto         : “ Tante kelamaan sih. Aku ini nggak punya waktu banyak, Tan. Cepetan panggilin Arga”.
Ibu                   : “ Ayah! Ayah!”.

Mendengar ibu Arga memanggil kemudian Ayah Arga keluar menemui mereka.

Ayah                : “ Ada apa, Bu?. Kok teriak keras-keras!”.
Ibu                   : “ Yah, ini lho. Anak ini nyari Arga. Mau apa pemuda ini datang ke sini, datang bertamu kok gak sopan kayak gini”.
Ayah                : (mengambil hp di sakunya dan memencet tombol tuk menelfon Arga). Nak, turunlah. Ada yang ingin bertemu dengan kamu. Segera! (mematikan hp).
Sugiyanto         : “ Om, tante. Saya ke sini mau nagih hutang sama Arga. Dia make tapi gak pernah bayar. Dan asal kalian tahu, dia punya hutang sampe sepuluh juta sama saya”

Ibu dan ayah Arga tercengang heran. Ingin marah.

Ayah                : “ Maksud kamu make, make apa ya?”
Sugiyanto         : “ Om, tante asal kalian tahu ya. Arga make narkoba. Dan asal kalian tahu Arga tidak pernah sekolah hanya untuk menikmati narkoba. Sudah biasa Om, Tante, jaman sekarang anak muda kalo ngga make gak gaul”.

Arga datang menemui mereka dan seketika itu ayah Arga menghampiri Arga dengan perasaan marah dan kesal terhadap Arga.

Sugiyanto         : ( melihat sosok Arga) tuh, anaknya “( berusaha masuk tapi dihalang oleh ibu Arga).
Ayah                : (dengan buru-buru menghampiri Arga) “ Kamu ini mau jadi apa? Kamu tahu siapa yang datang? Orang nagih hutangmu. Kamu make narkoba kan? ( mengangkat tangan yang mau memukul Arga)
Ibu                   : “ Ayah, jangan Yah. Kasihan Arga”(melindungi Arga dari pukulan ayah)
Ayah                : “ Tidak ada kasihan, Bu. Anak ini harus diberi pelajaran biar jera. (menatap Arga dengan kecewa) Keterlaluan sekali kamu. Kita sudah percaya sama kamu, tapi apa? Kamu mempermainkan kepercayaan ayah dan ibu selama ini!”.
Arga                 :” Maafin Arga, Yah, Bu. Iya Arga salah. Iya memang Arga bolos selama ini. Iya Arga bohong sama ayah dan ibu”.
Ibu                   : (masuk ke dalam ruangan untuk mengambil cek dan kembali) “ Ini cek sebesar sepuluh juta, silahkan pergi dari rumah ini” ( menyerahkan cek tersebut kepada Sugiyanto).
Sugiyanto         : “ Nah, kenapa gak dari tadi sih, Tan. Kelamaan nunggunya. Oke, aku permisi dulu, Om, Tante!(menghampiri Arga dan berbisik) “orang tuamu kaya juga ya ternyata”. (pergi keluar rumah)
Ayah                : (bicara kepada Arga) ” Beresi barang-barangmu dan ikut ayah sekarang juga”.
Arga                 : “ Mau kemana, Yah?”.
Ayah                : “Tidak usah banyak tanya. Segera kemasi barang-barangmu. Cepat!”.

Arga bergegas ke kamar untuk memenuhi permintaan ayahnya.

Ibu                   : “ Yah, apa tidak terlalu cepat untuk membawa Arga ke pesantrennya?”.
Ayah                : “ Tidak, Bu. Ini sudah saya pastikan semua akan berjalan lancar. Dan saya akan membawa Arga ke pesantren hari ini juga”.

Tidak lama kemudian Arga menemui kedua orang tuanya dengan membawa tas. Kemudian mereka membawa Arga ke Pesantren yang sebenarnya sudah mereka rencanakan sebelum Arga masuk ke SMA dulu. Awalnya Arga tidak suka dengan keadaan pesantren yang sangat ketat itu. Tapi seiring berjalannya waktu kini Arga menjadi berubah dan kini Arga menjadi seorang Ulama’ besar dan terkenal berkat didikan pondok pesantren tersebut.


SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar